Tabir Persahabatan 4 Sejoli
Oleh : Nur Hanifah Ahmad
Dua Kartu perpustakaan beradu di tempat absen
masuk perpustakaan. Pemiliknya saling pandang, lalu seorang pemuda berparas
biasa mempersilahkan sang wanita berpenampilan Syar’I dan berwajah biasa untuk
masuk duluan.
Mereka
pun saling mempersilahkan dulu untuk absen. Akhirnya sang wanita duluan yang
absen. Mereka menaiki tangga bersama tanpa percakapan apapun. Hingga dilantai
tiga mereka terpisah. Sang wanita memilih duduk di antara bangku sebelah timur
bersama dua wanita yang menjadi sahabatnya. Sedangkan sang pria naik dilantai
empat menemui sahabatnya.
http://brighterlife.co.id |
Persahabatan Afrina, Nabila dan Dila dimulai
sejak pertama masuk kelas Studi Agama-Agama. Mereka langsung cocok dengan sifat
aneh yang sama-sama mereka miliki. Saling kliknya mereka membuat mereka bersatu
dalam persahabatan itu. Kemana-mana selama di kampus mereka beberapa kali
terlihat sendiri. Termasuk Afrina yang sering butuh kesendirian.
Usai dari dalam perpustakaan Afrina melangkah
menuju kelas bersama Afrina dan Dila. Dengan canda tawa bahagia yang terpancar
di diri mereka.
“ciyee... sang kembar kece telat.” Bisik
seorang tepat di depan pintu masuk kelas yang berada di belakang.
“kuy... Afrina... Nabila... Dila... kosong
kuy”. Sorak seorang wanita di pojokan sambil menunjuk tempat duduk didekatnya
yang kosong tiga. Pas untuk mereka.
Ibu
Dosen pun hanya menatap keadaan sambil terus menjelaskan materi yang tengah
hangat dibicarakan bertema keagamaan. Seisi kelas fokus kembali ke pelajaran
termasuk Afrina dan dua temannya yang terlambat.
Di
pelajaran ini Ibu Dosen memberi tugas Jurnal yang harus dikumpulkan paling
lambat 1 minggu lagi jam 8.40 tepat. Selebihnya nilai hangus.
Usai
pelajaran Afrina menuju perpustakaan kembali tanpa di dampingi para sahabatnya.
Afrina sedang ingin Sendiri.
Sambil membuka laptop dan mempersiapkannya ia
teringat dengan sang pemuda beberapa hari lalu. Seperti nya ia pernah melihat
wajah seperti itu tapi entah dimana. Sosoknya juga sopan, keliatan baik dan
dewasa.
Laptop pun terbuka dan pemandangan tulisan
tugas yang belum terselesaikan maupun sudah terselesaikan membuatnya cemberut.
Tugas yang banyak 15 Tugas dari berbagai Dosen. 5 sudah di kerjakan. Dari tugas
membuat jurnal, makalah, mengartikan bahasa dan berbagai jenis lain. Menjadi
beban yang harus ia selesaikan.
“Tuhanku... sore-sore melihat tugasku
menumpuk. Hamba bingung dengan semua ini”. Ucapnya dalam hati sambil
menyandarkan kepala di meja tepat di depan laptop.
Akhirnya ia memilih 1 tugas tentang Filsafat
Umum. Tugas kelompok yang harus ia revisi. Ia pun mencari bahan di lantai empat
tempat buku itu berada.
Dukk...
“AFRINAAAA akhirnya ketemu juga. Waaa.... sudah lama nggak ketemu ya Rin. How Are
You???.....”
Setengah teriak pemuda itu menyapa Afrina yang
menabraknya tanpa sengaja dari arah yang berlawanan. Dengan bibir di
monyong-monyongkan layaknya pelawak.
“Alhamdulillah baik DANISSSS.... and you?”.
Dengan berlagak sok manis Afrina melantunkannya.
“I’m fine Too Afrina sayangku...”
“ckckckck (geleng-geleng)... kita udah 1 setengah
tahun nggak ketemu elo masih aja sama hebohnya dan kagak waras ya. Heran
Gue.”
Merekapun saling bercakap layaknya sahabat
lama yang sudah lama tidak bertemu. Mereka terpisah 1 setengah tahun yang lalu
saat Danis meninggalkan kota Jakarta demi kuliah di Jogja tepatnya di UIN Sunan
Kalijaga. Danis meninggalkan Afrina yang merelakan berhenti mengenyam
pendidikan 1 tahun demi cita-citanya kuliah di tempat yang sama dengan Danis.
Tahun ini pun ia di terima di UIN Sunan Kalijaga tanpa memberitau Danis. Berharap
menjadi surprise untuk sahabatnya itu.
Usai mereka sama-sama menemukan buku yang di
butuhkan mereka duduk bersama di bangku sebelah Utara bagian Barat menghadap ke
Plaza Ambarukmo.
“Nggak nyangka Gue, liat elo disini. Jurusan
Perbandingan Agama lagi. Jurusan itu menakutkan sekali buat Gue. Menantang
juga. Pelajaran semua agama itu.”
“Jelaslah... Jurusan ku menantang dan perlu
dihadapi. But... sekarang Aku malah takut sama kamu. Kamu bisa baca
pikiranku nih. Kan anak Psikologi.”
Merekapun saling tertawa renyah. Sambil
bernostalgia tentang mereka yang bersahabat sejak masih kecil di kota Bandung
bersama empat sahabat mereka yang telah menghilang dan menyisakan mereka
berdua. Hingga mereka sama-sama pindah ke Jakarta demi mengikuti orang tua yang
sama-sama dipindah tugaskan.
“Ada tugas Rin?.”
“Banyak banget nih. Laptop ku ada tulisan
semua tugasku”.
“Segitu aja. Masih belum apa-apa dibanding
anak saintek yang bobot tugasnya melebihi ini”.
“hahaha... Iya juga sih. Tapi tugasnya menantang”.
“hadapi itu Rin. Anggap aja sebagai hobby,
nanti juga ringan”.
“siappp Boss...”
Mereka pun sama-sama mengerjakan tugasnya
hingga adzan maghrib berkumandang. Tugas Afrina tinggal sampul sedangkan Danis
yang membuat Jurnal tinggal kesimpulan. 10 menit kemudian mereka sama-sama
selesai.
Di sudut lain ada sosok yang diam-diam
memperhatikan Afrina. Pemuda itu yang sering di temui Afrina akhir-akhir ini.
Mereka bertatapan, sedangkan pandangan Afrina tertuju ke pemuda disamping sosok
itu yang tersenyum ke arah Afrina. Seorang yang bagi Afrina berwajah seperti
Afghan seorang penyanyi terkenal itu. Hanya sekilas, lalu ia abaikan hal itu.
Pagi hari Afrina dan Danis sama-sama ngeprint
di rental sekitar kampus. Tanpa sengaja mereka bertemu. Karena waktu kuliah
masih lama, mereka ke Masjid Kampus. Hingga 2 jam mereka berbicara.
“persahabatan kita berdua kocak Rin. Ingat
nggak pas kita kecil kita dan sahabat kita pernah nyebur ke kolam ikan tetangga
bersama sampai kita dimarahi pemilik dan orang tua kita masing”.
“hal terbodoh yang pernah kita lakuin. Dan
kamu pernah berpura-pura jadi kakek-kakek sampai orang tua kamu percaya kalau
kamu berubah dan khawatir sama kamu”.
“Itu hal gila yang pernah Gue lakuin”.
Mereka tertawa bersama mengingat masa-masa
itu. Masa-masa indah yang tidak akan mungkin terulang kembali dan sangat mereka
rindukan.
Waktu perjumpaan mereka pun berakhir. Kini
Afrina melangkah ke perpustakaan. Pandangannya menjumpai pemuda yang ia lihat pertama
kali saat kejadian di absen masuk
perpustakaan.
“Afrina
Dian Fahima”. Ucap seorang pemuda di depan pintu masuk perpustakaan.
“iya?”.
Dengan sedikit tercengang Afrina menanggapi.
“Kamu
dulunya tinggal di Bandung, mempunyai sahabat kecil yaitu Althaf, Danis dan
Yumna.”
“kok
tau?.”
“pernah
berjanji akan menikah dengan Althaf”.
“kamu
siapa?”.
“saya
Althaf. Sekarang saya sudah jadi Dosen disini. Will You Merry Me?”.
Afrina
tercengang.
“maaf
Saya ada kuliah”. Sanggah Afrina. Lantas Afrina melarikan diri. Sedangkan
Althaf hanya diam melihat kepergian Afrina.
Di kelas
fikiran Afrina kalut. Ini yang ditakutkan Afrina. Pernikahan di masa kuliah.
Menjadi tantangan berat seorang Mahasiswa dan masuk dalam daftar yang harus
Afrina hindari saat ini. Tapi Althaf hadir disaat waktu belum tepat.
Usai
kuliah Afrina ke Masjid bertemu Danis di selasar depan Masjid. Menceritakan
tentang Althaf. Dengan muka dan tingkah sedih.
“Terima
aja Rin. Dia kan juga udah sukses”
“sob... Gue nggak bisa. Gue mau kuliah dulu.
Nggak mau menikah dulu. Nanti lah setelah kuliah”.
“Ya udah jelasin ke dia”.
Tanpa disengaja Althaf pun datang. Dan meminta
kepastian Afrina. Afrina menjelaskan yang dimaksud Afrina. Beruntung Althaf
memahami Afrina.
Pencarian mereka kini tertuju kepada Yumna.
5 hari mereka mencari keberadaan Yumna di Internet
dan di kampus, namun tidak ada tanda-tanda sosok Yumna di hadapan mereka. Tapi
mereka tetap tidak menyerah. Persahabatan mereka harus kembali utuh entah
bagaimanapun caranya.
Pagi itu Afrina berangkat kuliah dengan mata
sembab akibat tidak tidur semalam karena mengerjakan Tugas yang di tunda di
kerjakan. Sesampainya di parkiran yang kosong tepat di parkiran perpustakaan
langkahnya cepat menyusuri lorong antara perpustakaan dan Ruang Dosen di
Fakultasnya yang bersebelahan dengan perpustakaan sambil sesekali melihat Jam
di HP. 8.35 itu artinya 5 menit lagi tugasnya di tolak.
Brakk....
Tepat di
belokan perpustakaan menuju Fakultas nya.
“hiiihhhh... Saya tergesa-gesa”. Sambil
bangkit dengan mengambil selembar kertas tanpa melihat yang di tabrak.
“Itu lembaran
saya”
“Enggak
peduli”.
Wanita
itu mendekati Afrina dan menyentuh pundak Afrina. Seketika Afrina melihat sosok
itu yang membuat jantung Afrina berdetak tak menentu seakan dunianya runtuh
tepat dihadapannya.
“Ma...
Ma... Ma...”. Dengan tertatih-tatih dan mata berkaca-kaca. Tanpa rasa malu di
lihat berbagai orang dengan pandangan bermacam-macam bentuk. Ada yang aneh,
sinis bahkan tersenyum bahagia melihat tingkah Afrina.
“MAAF BU DOSEN... Iya... tidak saya maafkan
Afrina. Tugas kamu KOSONG”.
Sedetik kemudian Afrina melihat sosok
bersahaja berjalan dengan langkah anggun menuju ruang Dosen dengan membawa
Tugasnya dan selembar kertas yang tadi dibawa Afrina. Dengan muka memelas
seakan dunianya hancur Afrina menangis sambil memegang wajahnya lalu menepi di
tembok dan duduk masih dengan pandangan berbagai orang yang beraneka ragam.
Danis dan Althaf seketika datang memberi
pertolongan pertama kepada Afrina. Memberi semangat kepada sahabatnya itu. Di
sisi lain seorang wanita sebaya dengan Afrina mendatangi Afrina. Lalu
memeluknya memberi kekuatan. Seorang wanita yang telah menjadi sahabat Afrina
selama di UIN.
“Bangkit Afrina”.
Afrina lantas melihat keatas suara bak
malaikat itu. Heran dengan yang dihadapannya seorang Ibu Dosen terhormat.
“Cobaan apalagi ini Tuhan. Kuatkan hamba”.
Ucap afrina dalam hati.
“Persahabatan kalian membuat saya terharu.”
Hiks-hiks-hiks (berpura-pura dengan tisu). “Karena perjuangan kamu, Ibu tidak
akan memberi kamu nilai KOSONG. Dan karena tadi Ibu bercanda. Sekaligus telah
membaca tugas Jurnal ini secara singkat, kamu saya beri nilai A min sementara
sampai saya tuntas menilainya”.
Wajah Afrina mengembang, kebahagiaan terpancar
di wajahnya. Beserta kebahagiaan sahabat-sahabatnya. Orang disekeling nya pun
menyoraki Afrina.
Dalam hati Afrina bertekad untuk tidak menunda
mengerjakan tugas lagi. Karena jika tugas ditunda ia sendiri yang akan rugi.
Dan akan mengecewakan orang tua kalau menunda tugas.
Usai Ibu Dosen itu memarahi Afrina, Althaf
meminta mereka ber-empat duduk di depan pintu masuk perpustakaan tanpa yang
lain maksudnya.
Seperti
akan menjatuhkan Fonis berat, Althaf mondar-mandir mengelilingi mereka bertiga.
Seakan mengingat-ingat sesuatu, membuat Nabila, Afrina dan Danis bingung
sendiri.
“aku ingin bicara dengan kita, kayaknya
lebih enak di tiang bendara di depan itu bicaranya.”
“SIAPPP”.
Serentak Afrina, Danis dan Nabila bicara.
Usai
mereka duduk di depan bendera seperti gerombolan yang siap menerima fonis berat
dari sang hakim. Jantung merek ikut berdetak mengingat Althaf adalah Dosen.
Mereka bertiga sama-sama takut dengan nasib perkuliahan mereka karena
berkelakuan tidak baik dan menganggap Althaf sebagai teman bukan sebagai Dosen.
“Nabila... sebutkan Nama Panjang, Nama
Panggilan, Asal kota dan sebutkan orang terbaik di hidupmu selain orang tua.”
Secara tegas tanpa Ekspresi dan lancar Althaf mengucapkannya.
Afrina dan Danis bingung dengan Althaf. Apa
yang dimaksud Althaf?. Apa hubungannya?. Dan berbagai pertanyaan lain yang
mengendap di benak mereka.
Dengan ragu dan juga di penuhi tanda tanya
mengenai maksud Althaf. Nabila menjawab dengan perlahan.
“Nama saya Yumna Nabila biasa dipanggil Nabila
asal Kota Aceh dan orang terbaik saya adalah 4 sejoli kece”.
“siapa 4 sejoli Gokil itu?”. Tatapan tajam
Althaf tertuju ke Nabila.
“mereka sahabat kecil saya bernama Afrina...
Dannn... Danis dan.... (menangis) Althaf”.
“kamu
Yumna sahabatku”. Lirih Afrina.
--ii—
Sore hari Dila main ke perpustakaan padahal
siang harinya ia usai bersama Afrina dan Nabila ke Perpustakaan. Entah kenapa
ada keinginan yang mendorongnya masuk ke Perpustakaan lagi di lantai 3.
Menyusuri
deretan rak yang terjejer berbagai buku menarik. Begitu pula suatu buku
berwarna Ungu yang menarik perhatian Dila di bawah rak buku Filsafat. Segera ia
raih dan mengingat-ingat pemilik buku itu.
“Afrina...
ini buku kamu”. Lirih terdengar.
Segera
ia keluar perpustakaan. Setiba di lantai 2 ia bertabrakan dengan sosok pemuda
mirip Afghan yang membuat isi buku Afrina terbuka tepat di Foto 4 sahabat masa
kecil.
“itu...
kok sama dengan... jangan-jangan kamu...” seloroh pemuda yang menabraknya itu.
“bukan
milik saya buku ini. Milik teman saya.”
“saya
tau foto kembarannya dimana. Mari kita bicarakan di dalam perpustakaan lantai 2
ini”.
Dila
menuruti permintaan nya dengan penasaran. Hingga mereka duduk di ruang Jurnal.
Mereka akhirnya menyelidiki isi buku Afrina dengan teliti tanpa tau maksud
pemuda itu tapi Dila mempercayainya.
“sebelumnya
perkenalkan Saya Rama sahabatnya Pak Althaf Dosen Ilmu Hukum di kampus ini.
Jadi, setelah saya lihat foto ini dan kisah yang di tulis oleh mbbak Afrina ini
sama dengan yang di miliki Althaf. Mereka bersahabat”.
“mereka
pernah bertemu?”.
“Tidak
pernah”.
“Saya
ingin menyatukan persahabatan mereka. Anda kenal Yumna?.”
“tidak”
“Yumna Nabila?.”
Selidik Rama
“itu
sahabat saya.”
“dan itu Yumna sahabat Althaf dan Afrina.
Danis juga ada di kampus ini”. Ucap rama dengan tegas.
Buku ungu milik Afrina sengaja Dila taruh di
tas Afrina secara diam-diam.
Hal itu
membuat Dila kaget dan menyetujui berbagai drama yang menyatukan persahabatan 4
sejoli itu. Dari kesengajaan meninggalkan Afrina dan Althaf di lantai 1, drama
dosen yang bercanda dengan akan memberi nilai kosong ke Afrina yang menyebabkan 4 sejoli berkumpul dan
kesengajaan membuat Althaf menyelidiki Afrina.
--ii--
Mereka saling merangkul membentuk lingkaran di
bawah bendera merah putih. Dengan tangis haru dan rindu. Persahabatan mereka
menyatu kembali di UIN Sunan Kalijaga.
Di balik pintu kaca masuk perpustakaan bagian
utara Rama dan Dila tersenyum melihat bersatunya kembali persahabatan 4 sejoli.
--ii—
Dibawah
rindangnya pohon mangga diantara Hamparan teh, 4 anak kecil yang akan berpisah
berjanji akan bersama kembali di suatu tempat yang mereka impikan dan
cita-citakan.
“Aku seorang Danis Putra Wijaya berjanji akan
menjadi Psikolog dan Dosen yang bisa membaca pikiran kalian semua. Hahaha...”
berdiri menatap hamparan teh.
“Aku Afrina Dian Fahima berjanji akan menjadi
Ulama dan Dosen yang faham semua Agama.”
“Aku Althaf Husein Sidqi sebagai kakak kalian berjanji menjadi Dosen
dan menikahi Afrina.”
“Aku Yumna Nabila adek terakhir berjanji
menjadi Penulis dan Dosen yang faham ilmu Agama”
4 Sejoli
Gokil berdiri di tengah hamparan teh sambil menikmati dan meresapi pemandangan,
suasana sekaligus janji mereka.
...End...
Krapyak, 2-11-2017 (5:28 WIB)
Mahasiswa Prodi Studi Agama-Agama UIN Sunan
Kalijaga
Post a Comment