Tahun Baru, Kembang Api dan Harapan
Oleh : Hamdan Ns
“Mаѕа
lаlu аdаlаh ѕејаrаh, hаrі іnі аdаlаh gоrеѕаn, hаrі еѕоk аdаlаh hаrараn.”
Menjelang pergantian tahun selalu saja masih
sama dengan berbagai rupa, pernak-perniknya dan menambahi harapan-harapan agar
tahun yang akan tahun bisa lebih baik. Dan semuanya berlaku sama. Entahlah
mungkin hanya para jomblowers yang berbeda cara merayakannya meratapi
kesendirian. Duh
janganlah merasa ya, keep move on.
![]() |
http://www.harakatuna.com/ |
Memang
sudah menjadi kebiasaan bagi kita untuk membuat harapan saat pergantian tahun
tiba. Dari persoalan rumah tangga, keuangan, pertemanan (teman apa teman) atau
bahkan persoalan jodoh sekalipun. Tahun baru juga identik dengan dengan kembang
api yang berfijar warna-warni menghiasi langit saat pukul 00.00 datang. Sebagian
terlarut dalam keasyikan malam pergantian tahun, dari sekedar perayaan ala
kadarnya, bakar jagung, nobar, kumpul-kumpul teman bahkan sampai yang
kebablasan mabuk-mabukan semalam suntuk, terlibat tawuran atau freesex.
Nah
itu pula yang membuat salah satu ustad di lingkungan saya menyarankan untuk tidak
menyarankan menjalankan kegiatan malam
tahun baru, takut jadi kebablasan dan bisa jadi pindah keimanan. Patut untuk
diketahui penanggalan 1 Januari sebagai tahun baru sendiri
ditetapkan oleh Paus Gregory XII pada tahun1582 M karena pada abad pertengahan
itu kekuasaan kekristenan eropa memberi makna religius pada tanggal tertentu
seperti 25 Desember sebagai hari natal, 22 dan 25 Maret sebagai hari paskah. Penanggalan romawi
oleh kerajaan romawi menetapkan tanggal dan pergantian tahun berdasarkan siklus
matahari.
Sedangkan Agama Islam menentukan penanggalan dari
masa hijrah Nabi Muhammad SAW dari mekkah ke madinah. Mereka menetapkan tanggal
berdasarkan perhitungan peredaran bulan, tanggal Hijriyah. Bulan Muharram
menjadi tanda masuk ke gerbang tanggal menurut kalender Islam. Mungkin itu
sedikit mereview ingatan kita terhadap sejarah penanggalan, kembali
kepersoalan.
Kembang api yang diluncurkan bersama-sama saling
sahut menyaut itu pula menjadi tanda menyambut tahun baru, seakan tidak saling mengalah
satu dan yang lain. Dan mungkin kita belum lupa terkait tragedi kebakaran
pabrik kembang api yang terjadi di Tangerang yang menewaskan 49 orang pada
bulan Oktober 2017. Betapapun juga itu nyawa manusia yang hilang dan mereka
tidak bisa menikmati tahun baru 2018. Dibalik senyum dan tawa kita ada derita
yang sedang dialami para keluarga yang ditinggalkan. Semoga Allah SWT
mengampuni dosa-dosa mereka. Amiiin.
Refleksi akhir tahun juga perlu memang untuk
diadakan atau muhasabah diri apa saja yang telah kita lakukan pada tahun sebelumnya,
segala niatan yang baik dan bermuatan amal ibadah mesti kita catat dalam buku
harapan untuk tahun-tahun mendatang, sebagai pengingat diri bahwa hidup tak lebih dari sekedar “manggon ngopi”
saja.
Post a Comment