Mahasiswa dan Darah Juang
Oleh : Lubis Think
Mitologi keangkuhan mahasiswa sering terdengar ditelinga seiring berjalanya roda waktu, para penikmat sejarah sering bernostalgia akan keberingasan mahasiswa atas kesuksesanya memimpin makar satu suara melawan penguasa atas kebijakan-kebijakan irrasional yang merugikan pihak-pihak termarginalkan, utamanya orang-orang proletar. Kesan kebanggaan selalu terselit disetiap perbicangan dengan pelaku sejarah atas frontalnya mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah, seakan pemerintah ada dalam sangkar yang pemilikanya adalah mahasiswa. Sehingga, segala kebijakan harus direstui oleh pemiliknya yakni mahasiswa.
Sering
kita melihat video dokumenter beringasnya mahasiswa dengan segala
kebijakan-kebijakan, yang paling sering terdengar adalah nyayian buruh tani
www.beastudiindonesia.net |
buruh tani mahasiswa rakyat miskin
kota
bersatu padu dalam demokrasi
gegap gempita dalam satu suara
demi tugas suci yang mulia,
hari-hari eso adalh milik kita…….
John
Tobing seakan memberikan satu darah kebanggaan atas jasa mahasiswa sebagai kontrol masyarakat. mahasiswa
identik dengan buruh tani kota yang setiap harinya
bergelut dengan ladang pengetahuan,
menempah dan mengasah diatas luasnya ladang pengetahuan. Bersatu padu dan satu suara
tetap terpatri dalam hati mahasiswa, demi tugas sucinya dihari esok. mengubah
dan memperaiki ketidak egaliteran penguasan dalam menentukan sikap terhadap
rakyat. Iya,,,, seperti itulah nostalgia
terhadap keangkuhan mahasiswa dibeberapa dekade.
Dewasa
ini, militansi elemen mahasiswa telah
mengalami penurunan yang signifikan. Utamanya, sedikirnya mahasiswa yang mau
memikirkan perkara-perkara kerakyatan
apalagi menjembatani pemikiran pemuda dengan masyarakat. Perbedaan rung-waktu
telah membawa mahasiswa pada satu dekotomi kehidupan real masyarakat, bahwa mahasiswa
sebagai penerus peradaban seakan tidak mau mengetahui keadaan masyarakat dengan
berjuta permasalahan berkecambuk, mahasiswa masih asyik mengedepankan idealisnya
tanpa melihat fakta aktual. Sehingga dalam ranah mahasiswa idealis adalah
kewajiban yang harus dimiliki setiap mahasiswa, padahal idealis hanyalah hasil
olah pikir yang mengaitkan dengan fakta tanpa memverifikasi pada fakta.
Maksudnya, idealis hanyalah bentukan dan hanya berkutat di akal, oleh karenanya
idealis tidak selamanya benar.
Pada perkembanganya, mahasiswa dihantui oleh berbagai
kebijakan pemerintah dengan berbagai dalih pengalihan isu untuk tercapainya
mahasiswa pengekor. Tampak dari dibataskannya mahasiswa berfikir
secara radikal. belakangan ini telah menjadi perbincangan dari banyak kalangan,
bahwa berfikir radikal adalah suatu tindakan salah. padahal dalam pengertian
dangkalnya berfikir radikal adalah cara berfikir dengan pengkajian secara
mendalam (rooting) dalam fram menemukan kebanaran autentik, bahkan dengan berfikir radikal inilah akan menuai
pemikiran-pemikiran kritis. namun berkembangnya
waktu, berfikir radikal dianggap salah kaprah dan menuai kritik keras oleh
beberapa golongan.
Pemilik
sangkar telah berpindah tangan, mahasiswa menjadi peliharaan pemerintah yang
kapan saja bisa dilengserkan. Karena fram inilah kebanyakan buruh tani mahasiswa
miskin kota tidak lagi
melakukan pengkajian secara radikal di luasnya ladang pengetahuan, alasan
mutakhir adalah anjloknya IPK, disangka mainstream dan salah kaprah terhadap
kebiasaan mahasiswa. Sehingga menyebabkan apatisan mahasiswa terhadap isu berkembang. memperjuangakan hak
rakyat tidak lagi terpatri didalam benaknya, tugas dosen lebih berharga
daripada terjun langsung mendampingi orang-orang yang ditindas secara perlahan.
Begitulah ungkapan paling muttakhir “Kids jaman Now” atau di plesetkan dengan istilah “mahasiswa Jaman Now”, pergeseran pemikiran
mahasiswa jaman now dari
sosial-masyarakat menuju sosial-mahasiswa. Mereka berkutik dilingkaran
mahasiwa, hanya kehidupan dan kebutuhan pribadi mahasiswa menjadi prioritas
keseharinya dengan jargon idealisnya tanpa melihat keadaan riil masyarakat yang
bagaimanapun mereka akan sampai pada masa itu juga. Sosial masyarakat merupakan
itikad mahasiswa ikut andil masyarakat membantu atau membangun kehidupan
masyarakat yang lebih harmonis.
Sosial-mahasiswa merupakan konstruk birokrasi akademik agar
mahasiswa cenderung berkutat di arena kampus, tampak misalnya dari jam belajar
yang dipadatkan, tugas kuliah numpuk dan dibataskanya mengikuti perkumpulan
atau oranisasi yang dianggap aliran kiri kekiri-kirian dan aliran kanan kekanan-kananan, padahal
seharusnya kampus universal. Maksudnya, kampus terbebas dari intervensi dan
membiarkan mahasiswa berfikir dengan kekuatan nalar yang ia punya, bukan di
fram sesuai kepentingan tertentu.
Post a Comment